DI 21032024
Markus 5:6-8 (TB)
Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,
dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!”
Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!”
Ternyata siapa kita yg sesungguhnya bukan terlihat dr fisik atau yg melekat padanya, tapi yang terlihat dalam alam ‘roh’, dan tentu saja ini tdk bs terlihat oleh mata jasmani kita.
Roh jahat ini mengenali Yesus sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi, dan memohon untuk tdk menyiksanya, bukan spt manusia yg pd umumnya mengenali Yesus hanya sebatas seorg nabi, guru atau anak dr Yusuf & Maria semata. Manusia lebih mementingkan yang terlihat oleh mata jasmani, dari yang melekat di tubuh, bs dinilai apakah seseorg itu orang kaya atau miskin, dr harta benda miliknya, bs dinilai apakah ini org kaya biasa atau sangat kaya. Dari cara bicara, menyelesaikan suatu masalah, bs dinilai seseorg itu berhikmatkah atau bodoh. Tapi apakah semua itu penting? Yang kita punya itu bisa datang dan hilang dlm sekejap mata, penilaian orang terhadap kita bs saja berubah-rubah seiring keadaan kita yg dinamis. Jadi lebih penting keadaan kita dlm alam ‘roh’, siapa kita di mata Tuhan dan iblis beserta anak buahnya. Ini tentang apa yg kita miliki di alam roh.
Seorg hamba Tuhan belum tentu lebih baik kedudukannya di alam roh dibandingkan dg jemaatnya sendiri. Kita ingat kisah Ayub yg hanya seorg pengusaha kaya, tapi Tuhan dg tegas mengakui bhw Ayub seorg yg sangat saleh, tdk ada org lain yg menyamai Ayub di dlm hal ini (Ayub 1:8). Bukankah yg hrsnya lebih saleh itu mereka yg berkutat di bidang rohani, tp knpa justru seorg pengusaha yang diakui Tuhan sbg yg tersaleh di muka bumi? Inilah perbedaan antara yg terlihat mata dgn yg sesungguhnya terlihat di alam roh. Dapat kita ingat jg ttg pengemis Lazarus dan orang kaya, ternyata yg hidupnya sengsara di dunia justru masuk dlm kesenangan di alam stlah seseorg mati. Jadi apa yg kita kejar? Semua yg bisa membuat org mengagumi kita? Atau kedudukan kita di alam roh? Keduanya harus seimbang, kita masih hidup di dunia, tp juga nanti kita akan meninggalkan dunia ini, jadi kita mgkin bs meniru Ayub sebelum dia diuji yaitu dia kaya tetapi juga saleh.
Kejarlah apa yg mendatangkan keuntungan positif bagi kita, seimbang antara kemajuan dlm hidup jasmani dan rohani, jgn mengejar hal-hal yg sia-sia.