Pemimpin Yang Egois

DI 29082024

2 Kings 20:19 KJV
Then said Hezekiah unto Isaiah, Good is the word of the LORD which thou hast spoken. And he said, Is it not good, if peace and truth be in my days?

Kemudian Hizkia berkata pada Yesaya: Adalah baik firman Tuhan yang kau telah katakan. Dan dia berkata: Apakah itu tidak baik jika damai dan kebenaran ada di dalam hari-hariku?

Perkataan raja Hizkia menanggapi firman Tuhan utk dia melalui nabi Yesaya, sangat di luar org normal pd umumnya, dia hanya peduli semasa dia hidup, keadaannya baik dan damai.

Mari kita simak apa yg nabi Yesaya katakan pada raja Hizkia sebagai firman dariTuhan: “Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kau peroleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.” (2 Raja-Raja 20:17-18). Keturunan menjd sida-sida, berarti sudah mustahil utk punya keturunan berikutnya karena sudah dikebiri. Hizkia tdk mencoba meminta kemurahan Tuhan spt saat sakit dan diberi Tuhan tambahan umur 15 tahun, tdk menilai dirinya bersalah dan perlu untuk bertobat, tetapi malah egois, asalkan semua firman Tuhan yg disampaikan itu tdk terjadi ketika dia masih hidup. Pemimpin model ini patutlah diteladani?

Pemimpin yang baik pasti memikirkan nasib generasi berikutnya, bukan hanya mencari kesenangan di zaman dia memimpin. Dalam semua posisi kepemimpinan, pasti ada saja pemimpin spt raja Hizkia, yg penting semua baik, masa depan nanti bukan urusannya, nikmati semua fasilitas yg ada. Pemimpin yg baik hrs sadar ketika ada tindakan salah yg dilakukannya, apalagi Tuhan yg langsung menegur lewat org lain. Apalagi jika posisi si pemimpin itu adalah yg teratas, tidak ada org yg berani menegur kecuali punya suatu nyali besar. Resiko seorg nabi di zaman itu jika pesan Tuhan yg dia sampaikan, raja yg mendengarnya tidak suka, sang nabi dapat langsung dipenjarakan bahkan dibunuh, itu sebuah resiko yg hrs siap ditanggung bila mendapat tugas dr Tuhan. Contoh yg baik kita lihat pd diri raja Daud, ketika dirinya dgn tegas ditegur oleh nabi Natan, bertobat dan mengakui kesalahannya secara terbuka.

Jadilah pemimpin yg menjd berkat bagi yg dipimpinnya, yg memikirkan kebaikan bkn hanya utk dirinya sendiri, tetapi utk semua orang dan generasi berikutnya.

This entry was posted in Renungan. Bookmark the permalink.