DI 31012024
Yehezkiel 18:20
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
Doktrin ttg dosa keturunan, agaknya berbeda dgn penjelasan ayat ini, apakah keduanya itu benar, atau ada salah satu yg salah? Apakah bakat melakukan dosa yg sama itu bs turun pada anak dan cucu seseorg?
Dlm pelayanan pelepasan dr ikatan roh jahat biasanya ‘pemutusan kutuk dosa keturunan’ menjd salah satu tindakan yg dilakukan, dgn alasan supaya hidup org ini tdk lagi bisa dgn sengaja iblis tuntut utk ikut menanggung dr dosa yg dilakukan orgtuanya. Kutuk ada dlm hidup seseorg akibat dosa yg dilakukannya, tp kalau si anak tdk melakukan dosa, layak atau tidak dia ikut menanggung kutuk akibat dosa yg diperbuat orgtuanya? Menurut ayat di atas, jawabannya jelas: siapa yg berbuat dosa, dialah yg menanggung akibatnya. Dari yg kita pelajari dr ayat ini, maka bs kita coba pahami, sebenarnya apa yg diturunkan oleh orgtua pd anaknya. Tubuh si anak berasal dr persatuan sperma ayah dan sel telur ibunya. Jadi melalui tubuh (daging) ini, bbrpa hal bs diturunkan dari orgtua pd anaknya, di dunia kedokteran sudah terbukti adanya beberapa jenis penyakit bs diturunkan pd anak, ada jg yg berupa kelainan sel yg pd umur tertentu barulah muncul sbg penyakit.
Diturunkan melalui daging, berarti yang akan diturunkan adalah ‘kedagingan’ yang tercipta akibat dosa manusia yg pertama yaitu Adam dan Hawa. Jadi adakah kutuk keturunan? Ini coba kita renungkan: sepasang mempelai yg akan menikah, keduanya mengikuti kegiatan pemulihan diri, ada sesi pemutusan dr kutuk keturunan, berarti sblum diberkati di gereja, pernikahan keduanya kudus, tidak ada kutuk keturunan lagi. Kemudian mereka diberikan Tuhan 2 org anak, anak mereka ikut lagi dgn acara pemulihan lalu ikut pemutusan kutuk keturunan. Logikanya: kedua orgtuanya telah dilayani pemutusan kutuk keturunan, berarti si anak seharusnya tidak ada lagi kutuk dlm hidupnya (kecuali kutuk kalau dia sendiri yg berbuat dosa), apakah ini Alkitabiah atau ini sekedar pengajaran turun temurun? Siapa yg berdosa, dialah yg menanggung kutuk akibat dr dosa yg diperbuatnya. Memang hal ini bs menimbulkan perdebatan, tapi kembalilah ke dasar Alkitab yg kita percaya sbg kebenaran.
Dosa mendatangkan kutuk dalam hidup kita, jgn bermain-main dengan dosa, hiduplah dg benar di hadapan Tuhan, sekalipun orangtua kita berdosa, kita tdk turut menanggungnya.