DI 06022024
2 Raja-Raja 5:20 ILT3
Namun Gehazi, pelayan Elisa, abdi Elohim itu berkata, “Lihatlah, tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima dari tangannya apa yang ia bawa. Demi YAHWEH yang hidup, pasti aku akan berlari mengejarnya dan aku akan mengambil sesuatu dari padanya.”
Merasa dirinya tahu akan pikiran Elisa, maka Gehazi, pelayan nabi Elisa, bertindak dengan tanpa sepengetahuan tuannya, dan akibat yg harus dia tanggung itu di luar pemikirannya.
Sopan santun biasanya ada unsur segan dan malu-malu tapi mau. Contoh yang biasanya terjd ialah ketika ditanya soal sudah makan atau belum, biasanya dijawab sudah, dengan harapan sedikit didesak utk makan sehingga terkesan bhw dirinya bukan org yg serakah & cari-cari kesempatan. Mgkin inilah yg ada di dlm pikiran Gehazi, nabi Elisa segan terima sesuatu dr Naaman di hadapan umum, tapi sebenarnya justru itulah sikap sebenarnya dr Gehazi, dia seorang yg berharap menerima imbalan dr sebuah kebaikan yg dilakukannya pd org lain. Berbeda dg nabi Elisa, prinsip yg dia pegang adalah bhw dia hanya hamba dr Tuhan yg menjalankan tugas yg Dia berikan, tdk berharap diberi imbalan apapun. Akibat dr tindakan Gehazi ini, dia dihukum Tuhan dg menderita sakit kusta, bukan hanya dia saja, tetapi jg keturunannya (2 Raja-Raja 5:27).
Prinsip nabi Elisa ini patut untuk kita contoh, baik dlm keseharian maupun dlm pelayanan yg kita lakukan. Tidak perlu merasa berjasa saat kita berbuat kebaikan pd org lain. Kalau suatu saat timbul pikiran, kita menyesal sdh menolong seseorg, berarti kita ini berprinsip sama spt Gehazi, sudah berbuat baik, maka berhak menerima imbalan dr org lain. Yang hrs kita lakukan setelah berbuat baik adalah secepat mungkin ‘melupakannya’, artinya itu sesuatu yg memang harus kita kerjakan atas dorongan dr Tuhan, tidak harus diingat-ingat terus apalagi berharap balasan dr kebaikan yg kita lakukan. Jangan berbuat baik supaya dilihat org dan dipuji-puji, itu sebuah bentuk kemunafikan yg halus. Sekedar dokumentasi atau utk laporan, ini masih dianggap wajar, tapi kalau sengaja dibesar-besarkan, berniat utk dipamerkan, jelas tujuannya bukan untuk kemuliaan Tuhan, tp utk kemuliaan diri sndri.
Berbuat baik harus tulus, tidak berharap dpt imbalan dari manapun, Tuhan melihatnya & akan memberi upah sesuai dengan standart yg Dia miliki.