DI 09082022
Roma 15:7
Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.
Dalam keKristenan kita diajar bahwa mengasihi Tuhan berarti juga mengasihi sesama manusia, dan di dalamnya tentu ada ‘penerimaan’ di dlm hidup berjemaat maupun dalam komunitas lain.
Mudahkan utk saling menerima satu sama lain? Jawabannya tergantung bgmna sikap org-org yg ada dlm komunitas tersebut. Adanya banyak perbedaan dari masing-masing individu, mulai dari latar belakang keluarga, status sosial, level ekonomi, jenjang pendidikan, suku, ras, karakter dan yg lainnya, tentu menjd hal yg bisa menjadi masalah di dalam saling menerima ini. Misalkan ttg mitos org suka A misalnya, biasanya menjadi acuan bagi org bnyk utk menyama ratakan bhw semua org dr suku A itu memiliki karakter atau kebiasaan yg sama, belum lagi soal level status sosial dan ekonomi, biasanya menjd hambatan bagi bbrpa pihak utk bs bergaul dgn baik. Jelas bhw Tuhan ingin kita saling menerima satu dgn lainnya berdasarkan kasih persaudaraan, bukan untung atau ruginya, karena kalau dasarnya bkn kasih, maka akan timbul penolakan, diasingkan atau justru penghinaan. Kehidupan jemaat yang mula-mula menjadi sebuah contoh di mana tiap org bs saling menerima dan berbagi, apapun yg menjd perbedaan di antara mereka, tetap kasih persaudaraan itu menjadi tali pengikat yg justru membuat jumlah org percaya makin bertambah karena mereka disukai oleh banyak org dengan cara hidup yg demikian.
Hubungan yg sifatnya ‘transaksional’ tdk pernah bs bertahan lama dan pastinya perpecahan dlm komunitas itu akan terjd cepat atau lambat. Jika ada org yg mau bergabung dlm komunitas yang isinya pebisnis dgn tujuan hanya mencari ruang utk mendapatkan peluang bisnis saja, maka tdk lama kemudian komunitas yg isinya pebisnis ini akan terjd perpecahan, timbul masalah di luar dr komunitasnya, artinya gara-gara urusan bisnis, membuat rusak suasana dlm komunitas itu, ada anggota yg menipu, berhutang, membuat orang dlm komunitas itu tdk nyaman. Karenanya, kita hrs sadar, dlm berkomunitas dasarnya hrs kasih dan bukan transaksional sifatnya, apalagi yang komunitas ada label ‘rohani’nya, hrs saling jaga perasaan dan toleransi, melihat kelemahan dan kekurangan org lain bukan sebagai beban, tapi justru sebuah kesempatan bagi kita utk praktek firman Tuhan, menjadi teladan dan membangun, ini yg dimaksud dgn menjadi berkat dari Tuhan bagi org lain. Kedewasaan karakter dan rohani akan memegang peranan penting dlm menjaga agar sebuah komunitas tetap memiliki suasana damai sejahtera walaupun ada bnyk perbedaan yg dimiliki org-org dlm komunitas tersebut.
Ciptakan saling menerima satu sama lain dalam komunitas di mana kita ada di dalamnya, jangan membuat pengelompokan dlm komunitas yang justru memicu terjadinya perpecahan.