DI 25062014
Ayub 42:7
Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Kalau sekilas kita baca tentang apa yg 3 teman Ayub katakan ketika mereka mengunjungi Ayub yg dlm keadaan berduka dan tragis, sptnya perkataan mrka bagus tp ternyata perkataan mrka itu dikoreksi oleh Tuhan: mereka tdk berkata apa yg benar ttg Tuhan.
Dg tdk mengurangi rasa hormat, kita sbg jemaat Tuhan hrs jg waspada, sekali lg waspada, perkataan di mimbar khotbah, perkataan seorg konselor rohani, atau perkataan siapapun, sekali lagi (maaf) itu blm tentu menceritakan ttg Tuhan dg benar. Sbg jemaat kita hrs punya ‘benteng dan dasar’ pengetahuan yg benar ttg Tuhan dan firman-Nya.
Kerohanian seseorg tdk bs diukur dr ‘jabatan pelayanan’ di gereja, gelar akademis teologia di blkg namanya, apakah dia pemimpin sebuah divisi/departemen di grja atau yayasan Keisten, semua itu bkn ukurannya. Lalu apa ukurannya? Ketika dia mengalami ‘badai’ hidup, apakah kasihnya pd Tuhan makin kuat dan tdk berubah. Bukan manisnya mulut yg mengutip ayat-ayat Alkitab, tp indahnya ayat-ayat itu terlihat bekerja nyata dlm keseharian hidupnya.
Terlalu bnyk org yg ‘katanya’ bersaksi ttg Tuhan, tapi konten isi kesaksiannya justru 70% ttg dirinya sndri dan 30% ttg Tuhan. Kesaksian jd ajang promosi diri dan bukan memuliakan Tuhan. Inupun termasuk dlm pengertian tdk berkata apa yg benar ttg Tuhan.
Biarlah nasehat kita bkn berisi ttg pemahaman yg salah ttg Tuhan. Terus baca dan renungkan Firman Tuhan sesering mgkin, berdoa minta diajar Tuhan utk memahami firman-Nya dan diajari mempraktekkannya dlm keseharian kita. Belajar di universitas teologia itu blm cukup, belajar jg langsung dr Roh Kudus, shga ilmu teologia itu berguna scra maksimal. Org lain butuh nasehat yg dasarnya benar ttg Tuhan, yg benar ttg Tuhan.