DI 08082014
Pengkhotbah 3:4
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
Hari-hari ini saya ada dlm suasana prihatin, spt ayat ini berkata ada waktu utk menangis, saya menangis krna apa yg keponakan saya alami.
Dia berumur 15 tahun, thn ini seharusnya (masih) bersekolah di sebuah SMK, karena faktor ekonomi orangtuanya maka dia tdk bersekolah lg. Anaknya baik dan pintar. Saat kakak perempuan saya berkata bhw anaknya terpaksa tdk bs sekolah krna tdk sanggup utk membiayainya, hati saya sangat sedih.
Saya sdh mengupayakan utk dia masuk SMK, puji Tuhan bisa masuk dg segala keterbatasan yg ada, sempat mengikuti MOS sblm libur lebaran lalu. Senin (4/8) dia terpaksa tdk bersekolah.
Melihat dia hanya termenung, kadang melihat aquarium ikan peliharaannya, saya tahu perasaannya sangat sedih. Ketika saya berkesempatan bcra berdua, dia berkata msh ingin sekolah, jika thn ini tetap tdk bs, thn dpn dia tetap ingin sekolah lg.
Rasanya sedih sekali, saya tdk tahan dan menangis di dpnnya. Saya berkata: “Tetap doa ya!”.
Doa kami adalah Tuhan beri dia kesempatan utk sekolah lg. Jika tdk tahun ini, thn depan. Berharap hanya pd Tuhan, krna kerabat dr papanya tdk ada yg peduli dan tdk tergerak utk membantu.
Ada waktu utk menangis dan ada waktu utk tertawa, keduanya adalah realita kehidupan. Hari-hari ini kami menangis, dan pasti ada waktunya kami akan tertawa. Doakan kami utk bs melewati masa-masa ini dg baik, utk tdk kehilangan semangat dan trs mengupayakan yg terbaik utk masa depan keponakan saya.
Menerima kenyataan itu tdk mudah, ketika harapan dan permohonan kita sptnya tdk dihiraukan Tuhan. Apa yg saya korbankan utk keponakan saya terlihat sia-sia. Realita hidup memang sulit diterima, namun hrs tetap bersyukur dlm segala keadaan.
Tdk selamanya badai itu ‘mengamuk’, ada waktu badai itu mereda dan semua jd cerah dan sejuk. Dlm Tuhan pengharapan kita tdk sia-sia. Terpujilah Tuhan.