DI 22062021
Mazmur 38:18 (38-19)
ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku.
Kita bersyukur bhw Tuhan memberikan pengampunan atas kesalahan dan dosa yg kita perbuat, oleh darah Kristus, kita diperdamaikan dg Tuhan, namun sisi ttg dosa bkn selesai hanya dg pengampunan dosa.
Apakah seorg yg membunuh, lalu diadili di pengadilan, kemudian divonis sekian tahun penjara, dan akhirnya saat tinggal dlm penjara, dia bertobat dan minta pada Tuhan untuk diampuni dosanya, setelah diampuni dosanya maka dia bs bebas dr penjara saat itu jg? Kadang kita terlalu meremehkan kesalahan dan dosa yg kita perbuat, kita berpikir asalkan diampuni Tuhan maka semuanya sdh selesai dan kita ‘bebas’ dr akibat kesalahan dan dosa itu. Dosanya diampuni tp akibat dr dosa yg diperbuat tetap hrs kita tanggung. Ini yg sering kita lupakan shga dg mudahnya kita melakukan dosa dg pemikiran: nanti saja menyesalnya, yg penting berbuat dulu, apalg kalau kita terdesak oleh keadaan yg sdg kita alami, tdk ada cara lain sehingga ‘terpaksa’ melanggar firman Tuhan.
Daud merasa cemas akan dosa yg dia perbuat, dia berpikir bhw sakit yg dialami, itu sbg bentuk hukuman Tuhan terhadap dosanya. Memang ada sakit yg adalah wujud hukuman Tuhan atas dosa kita, kalau kita bc dlm PL, salah satu dr 3 hal yg merupakan hukuman Tuhan adalah penyakit sampar. Kalau kita sadar resiko jika kita berbuat dosa dan walaupun kita menyesal dan diampuni Tuhan, akibat dr dosa itu tetap hrs kita tanggung sampai Tuhan menghentikannya. Masihkah ‘alarm’ hati nurani kita ‘berbunyi’ saat kita berpikir utk mulai berbuat dosa? Saat melakukan dosa, apakah hati kita gelisah atau justru merasa tdk apa-apa bahkan berpikir bhw Tuhan akan ‘maklum’ karena kita melakukannya krna terdesak oleh situasi?
Dosanya diampuni tp akibat dr dosa itu tetap hrs kita tanggung, jd jgnlah abaikan hati nurani kita yg menentang kita utk berbuat dosa, apapun situasinya.