DI 26082022
1 Raja-raja 3:24-26 (TB) Sesudah itu raja berkata: “Ambilkan aku pedang,” lalu dibawalah pedang ke depan raja.
Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”
Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!”
Kisah perebutan seorg bayi oleh 2 org ibu dalam zaman raja Salomo memerintah, tentu kita pasti pernah membacanya, dan mgkin kita terkejut dg keputusan raja Salomo utk ‘membelah’ bayi itu menjadi 2, koq malah dibunuh bayinya? Kejam.
Pd akhirnya kita tahu siapa ibu sebenarnya dari bayi yg hidup itu, dia rela menyerahkan bayinya demi anaknya bs tetap hidup. Kasih seorang ibu pasti bs dibuktikan yaitu apapun dilakukan demi sang anak bs tetap hidup. Berani berkorban dan kehilangan demi suatu kehidupan, itulah kasih yang sejati, spt Bapa rela memberikan Anak-Nya yang tunggal supaya kita bs diselamatkan. Bukti kasih kita adalah bukan bnyk berbuat kebaikan, karena orang atheis pun bs melakukannya juga, tp kasih yg dr Tuhan rela melepaskan demi satu kehidupan tetap terjaga. Itulah mengapa Yesus mengucapkan perkataan ini saat Dia bersama dg para murid: Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13). Kasih yg rela memberi nyawa, tdk smua org sanggup utk melakukannya. Kerelaan ialah bagian dr mengasihi, dilakukan dg sepenuh hati dan tulus, berani berkorban demi sesuatu yang nilainya setimpal dgn apa yg dikorbankan. Bnyk kesaksian dlm realita kehidupan kita mengenai org-org yang rela berkorban nyawa demi org lain bs tetap menikmati kebebasan dan kehidupan.
Spt perintah raja Salomo yg kedengarannya itu kejam, menyuruh utk membelah bayi menjd dua, kadang keputusan Tuhan dlm hidup kita juga itu terlihat ‘kejam’, kenapa kita yg hrs melepaskan dan hrs kitalah yg berkorban? Kenapa Tuhan yg memberi tp Dia jg yg mengambilnya? Kita ingat saat Abraham diperintah Tuhan utk membawa anaknya, Ishak, yg adalah anak yg Tuhan sendiri janjikan lahir di masa tua Abraham, utk menjadi korban bakaran di gunung (Kejadian 22). Br saja senang menikmati punya anak di usia tua, tapi Tuhan suruh utk menjadikannya korban bakaran dan tentunya Abraham sndrilah yg akan menjadi eksekutornya, menikam anaknya sendiri, artinya hrs membunuh Ishak, membunuh anak tunggal yg lahir dr keajaiban Tuhan. Koq Tuhan kejam & rasanya ‘enteng’ saja mengeluarkan perintah yg spt itu? Salomo jg terlihat ‘enteng’ saja saat dia memerintahkan membelah bayi itu menjd 2 lalu menyerahkan masing-masing setengah pd 2 ibu yg sdg berperkara itu. ‘Kekejaman’ ini tujuannya utk menguji kasih kita, benarkah kita adalah org yg memiliki kasih yg murni, benarkah kita ialah org yg rela melepaskan demi suatu kehidupan bs tetap ada.
Ingat, kasih kita teruji bukan saat kita banyak & senang berbuat kebaikan, tp ketika Tuhan ingin mengambil kembali apa yg pernah Dia berikan, itu hanya utk menguji kemurnian kasih kita.