Kejujuran Lebih Mulia

DI 16102024

Pengkhotbah 12:10 ILT3
Pengkhotbah mencari untuk menemukan kata-kata kesenangan, namun kata-kata kebenaran itulah kejujuran yang tertulis.

Kata-kata manis, sesuatu yg menyenangkan utk didengar, namun tdk semua kata manis itu berisi kejujuran, sebagian justru berisi hal atau kata yang tdk jujur dan hanya bertujuan supaya org lain senang.

Penulis kitab pengkhotbah berusaha supaya tulisannya berisi kata-kata kesenangan, tapi pada akhirnya dia justru menulis ttg kata yg isinya kebenaran, dan menurut dia, kejujuran yg dia miliki adalah ketika dia lebih memilih menulis ttg yang benar atau kebenaran, drpd kata-kata yg menyenangkan saja. Kebenaran blm tentu menyenangkan bagi org lain, ada kebenaran yg membela kita, tapi sebaliknya, ada kebenaran yg mengungkap keburukan, kelemahan kita. Sebagian org mengabaikan kebenaran karena ingin tetap hidup di dalam apa yg dia anggap bs menyenangkan hati & pikirannya. Karena kebenaran itu membuat jelas sebuah tindakan, apakah itu termasuk dosa atau tdk, jadi sebagian org memilih utk tdk usah tahu ttg kebenaran supaya apa yg dia sukai bisa terus dilakukan karena dalam pikirannya yang dia perbuat itu bukan dosa.

Hampir semua org berkata sulit utk berkata dan bertindak secara jujur, banyak alasan yg dikemukakan, misalnya: tekanan situasi, dlm budaya itu dianggap normal, kalau jujur nanti malah merugi, bahkan ada sebagian org yg memberi label ‘bohong putih, bohong untuk kebaikan’, dsbnya. Arus dunia memang dgn derasnya menarik org itu berpikir bhw kalau nanti jujur, justru bs terjd banyak hal buruk di dlm kehidupan. Mana yg kita pegang dengan teguh sbg pedoman: apa kata dunia ataukah apa kata Tuhan? Pemahaman duniawi akan membuat hal berdosa menjd hal yg normal utk dilakukan. Yg dilarang Tuhan justru akan dibolehkan oleh pemikiran duniawi. Pikiran bhw Alkitab itu ‘kuno’ dan kurang sesuai dgn peradaban yg makin modern, akan berusaha utk terus ditanamkan dalam pikiran generasi ke generasi, sehingga org akan hidup sesuai dgn apa yg dia anggap benar, bukan apa yg adalah kebenaran Tuhan.

Siapa yg mau kita senangkan, diri kita atau Tuhan? Lebih memilih kata-kata kesenangan ataukah kebenaran Tuhan? Level kejujuran kitalah yg akan menjawabnya.

This entry was posted in Renungan. Bookmark the permalink.